Agustus Kelabu, Lagi Petak Malai Siaga Banjir

www.mjumani.net - Belum pudar rasanya ingatan ku akan banjir dahsyat yang mengepung Petak Malai, Kabupaten Katingan lima tahun silam. Jangankan aku, bahkan penduduk asli yang tinggal turun temurun saja tidak pernah menyangka akan menemui kejadian luar biasa yang menurut cerita tercatat pernah terjadi lebih dari 57 tahun di masa lampau. Banyak yang masih percaya kejadian ini hanyalah bagian dari fenomena alam biasa, namun tidak sedikit pula yang meyakini bahwa bencana ini adalah sebuah peringatan bagi umat manusia. Satu hal yang tidak dapat disangkal adalah peristiwa ini tidak hanya menyebabkan kerugian harta benda bahkan mengancam nyawa, tetapi juga masih menyisakan efek trauma.


Banjir Petak Malai Katingan
Banjir 30 Agustus 2017, Tumbang Baraoi - Petak Malai
 

Hari ini ingatan akan banjir itu seakan di "review" kembali. Air keruh coklat dengan material beraneka ragam kembali tumpah ruah, menyapu bantaran sungai Baraoi dan Samba yang tak mampu lagi menampung debitnya. Selain batang-batang pohon, puing-puing bangunan dan lumpur air juga "mencuci"  setiap pemukiman yang dilaluinya dari sampah dan limbah rumah tangga. Sebuah fakta liar bahwa dampak banjir tidak hanya akan menyengsarakan manusia tetapi juga hampir sebagian besar makhluk hidup terutama biota akuatik.

Banjir Katingan terbaru
Banjir 23 Agustus 2021, Tumbang Baraoi - Petak Malai

Tumbang Baraoi, Petak Malai harus lebih serius mempersiapkan diri dan mengantisipasi dampak banjir mengingat bencana yang tadinya hanya terjadi beberapa puluh tahun sekali kini mulai intens mengancam. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini misalnya, ibu kota kecamatan yang di apit oleh dua sungai ini telah mencatat setidaknya ada lima kasus luapan air yang membanjiri pemukiman. Terbaru adalah banjir 23 Agustus 2021 yang sempat membuat warga siaga. Kendati tidak separah 30 Agustus tahun 2017 lalu, data ini telah memberikan sebuah fakta baru bahwa ada peningkatan frekuensi ancaman Banjir di wilayah ini. 

Sejauh yang aku pahami, anomali cuaca bukan satu-satunya penyebab banjir. Jika dirunut, berikut adalah beberapa faktor yang dapat memicu banjir versi ku.

1. Curah Hujan  (Anomali Cuaca)

Curah hujan yang tinggi, cakupan yang luas dan durasi yang lama memang sulit ditampung oleh sungai yang relatif tidak seberapa besar. Dalam areal cakupan yang relatif kecil, curah hujan yang tinggi barangkali tidak akan menjadi masalah besar, namun dengan areal cakupan yang luas dan durasi yang lama sungai akan kehilangan kemampuan daya tampungnya. Sebagaiman sifat alamiah air yang akan mengalir kepermukaan yang lebih rendah, maka luapan air akan menyapu apa saja yang dilaluinya untuk mencari rute tercepat untuk menuju hilir (laut). 

2. Luasan Tutupan Hutan 

Hutan memiliki fungsi yang sangat penting dalam mengendalikan volume air tanah. Hutan melalui kemampuannya menangkap dan mengikat air, serta menahan laju aliran air  juga mencegah erosi yang dapat mengakibatkan pendangkalan sungai oleh karena itu  jika hutan disekitar daerah aliran sungai (DAS) masih baik, maka volume air yang jatuh kepermukaan tanah dan mengalir ke sungai dapat diperlambat. 

3. Sungai yang terdegradasi fungsinya

Fungsi sungai dalam daur hidroglogi salah satunya adalah membawa air permukaan menuju laut. Sungai yang terbentuk secara alami akan mengalami proses sedimentasi  sehingga mengalami pendangkalan  oleh berbagai material. Aktivitas manusia baik langsung tidak langsung seringkali mempercepat proses ini misalnya dengan membuang sampah ke sungai, pembukaan lahan di sekitar DAS yang mengakibatkan percepatan erosi dan meningkatnya material kayu yang akan terbawa ke aliran sungai. Aktivitas pertambangan juga memberikan andil dalam hal ini. Pendangkalan akan mengurangi fungsi atau kemampuan sungai dalam menampung debit air sehingga semakin meningkatkan resiko meluapnya air saat curah hujan tinggi. 

Ketiga faktor di atas adalah beberapa  di antara banyak faktor yang saling berkaitan dalam menciptakan bencana banjir.  Namun yang perlu jadi pemikiran kita adalah dengan kondisi hutan di kawasan DAS yang masih baik, dan sungai yang masih alami sejatinya hanya anomali cuaca yang benar-benar ekstrim dengan curah hujan di atas 150 mm/ hari yang dapat memunculkan banjir dengan dampak parah. Menurut BMKG peluang semacam ini 1/50 atau diperkirakan  bersiklus sekitar 50 tahun sekali meski bukan berarti hanya akan muncul setiap 50 tahun, tetapi peluang untuk terjadi setiap tahun relatif sangat kecil yakni hanya sebesar 2%.

Melalui pemikiran sederhana ini aku lebih yakin bahwa banjir yang kian sering akhir-akhir ini adalah alarm peringatan bagi umat manusia. Kita boleh saja abai dan tetap berbuat kerusakan demi kerusakan dan mengindahkan kepedulian lingkungan, tetapi jangan pernah menyalahkan Tuhan jika Ia memberikan hukuman.  Mari saling mengingatkan dan mengajak pada kebaikan, berlakulah bijak dalam mencari sumber penghidupan. Cukup ambil yang kamu butuhkan bukan yang kamu inginkan dari alam. 

 

- Volunteer - Guru Pedalaman - Pendiri Bambo Foundation - Blogger

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Add Comments

Mohon Maaf Pesan Akan di Moderasi Dulu Sebelum Di Terbitkan
Pesan yang kurang sopan atau kurang pantas akan di Hapus.
EmoticonEmoticon