Ciri-ciri, Sistem Reproduksi, Pernapasan dan Habitat Bulu Babi (Echinos seculentus)

www.mjumani.net - Bulu Babi (Echinos seculentus) atau dikenal juga dengan nama landak laut adalah kelompok hewan yang tergolong kedalam filum echinodermata. Saat ini landak laut atau bulu babi ini semakin populer karena kerap diolah menjadi menu hidangan mewah diberbagai restoran ternama. Selain karena rasanya yang unik dan lezat, menu ini spesial karena proses pengolahannya yang tidak sembarang.

ciri-ciri bulu babi/ landak laut


Ciri-ciri umum landak laut atau "Bulu Babi" adalah sebagai berikut :

  • Berbentuk bulat dan berlengan pendek.
  • Habitatnya di laut.
  • Simetri radial
  • Dinding tubuh berupa kepingan kapur.
  • Tubuh dilengkapi dengan duri spina yang digunakan untuk bergerak
Sistem pernapasan "Bulu Babi"/landak laut menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchiae (papulae) yaitu penonjolan dinding rongga tubuh (selom) yang tipis. Tonjolan ini dilindungi silia dan pediselaria. Pada bagian inilah terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida.

Sistem Reproduksi "Bulu Babi" atau landak laut (Echinos) memiliki alat kelamin yang terpisah, pembuahan terjadi secara eksternal, yaitu di air laut. Telur dibuahi akan membelah secara cepat berkembang menjadi  larva (bipinnaria) berbentuk simetri bilateral yang berenang bebas di dalam air mencari tempat yang cocok hingga menjadi branchidaria, lalu mengalami metamorfosis dan akhirnya menjadi dewasa. Setelah dewasa, bentuk tubuhnya  berubah menjadi simetri radial.

Habitat dan peranan "Bulu Babi" atau landak laut 
Hewan ini hidup dilaut dangkal, laut dalam, dan tepi pantai. Ia berperan dalam rantai makanan dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. Echinoidea berperan penting terhadap perputaran bahan organik di dasar laut. Ia juga sangat berjasa dalam menjaga kebersihan dasar laut dan perairan pantai. Saat ini banyak diburu untuk dijadikan olahan seafood. 

Melacak Reptil dan Amfibi Tahura Sultan Adam

www.mjumani.net - Istilah Herpetofauna mungkin masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat. Saya sendiri baru memahami pengertian istilah tersebut setelah mendengar kata ini beberapa kali. Berdasarkan penelusuran di google, definisi Herpetofauna adalah kelompok hewan dari kelas reptil dan amfibi (Das, 1997). Pada saat ini keberadaan herpetofauna masih dianggap kurang penting jika dibandingkan dengan kelas Mamalia dan Aves (Farikhin et. al., 2012).

Hylarana picturata

Namun, kita tetap harus ingat, sebagai bagian dari ekosistem, setiap fauna tentu memiliki peran masing-masing yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Karena setiap mereka telah menempati posisinya di jaring-jaring makanan. Kehilangan salah satu dari mereka akan berdampak pada terganggunya kestabilan ekosistem.

Leptobrachium sp

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan kesempatan ikut serta dalam observasi herpetofauna bersama tim dari Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Biodiversitas Indonesia) ke Taman Hutan Raya Sultan Adam, Kalimantan Selatan. Observasi yang lebih memfokuskan kepada kelompok amfibi terutama spesies katak dan kodok itu memberikan wawasan dan pengalaman baru yang sangat mengesankan. 

Sejauh yang saya ingat, dalam beberapa tahun terakhir paling tidak ada enam kali saya berkunjung ke kawasan tahura yang juga dibuka sebagai objek ekowisata dan hutan pendidikan ini. Namun tidak pernah terbetik untuk ingin tahu seberapa luar biasanya kawasan konservasi ini menyimpan kekayaan fauna jenis amfibi terutama jenis katak dan kodok. 

Kegiatan ini telah membuka mata dan rasa bangga akan kekayaan biodiversitas negeri ini. Sekaligus memberikan pencerahan karena selama ini kita mungkin terlalu "merendahkan" bangsa sendiri dan terpaku pada kehebatan bangsa lain.  Padahal kenyataannya justru terbalik, di luar sana negara-negara begitu "ngiler" melihat kekayaan alam Indonesia tidak terkecuali Keanekaragaman flora dan faunannya. 

Contoh kecil dari pernyataan saya tersebut adalah, tahukah kamu kalau salah satu katak terkecil di dunia ada di Tahura ini. Spesies katak bernama Microhyla borneenis ini hanya berukuran sekitar 10,6 mm -12,8 mm. Katak jenis lain yang juga berukuran mini adalah Chaperina fusca yang berukuran 18-21 mm untuk jantan dan 20-26 mm untuk betinanya. Tidak hanya yang berukuran mini, jenis katak raksasa dari genus Limnocetes juga ada di kawasan ini, jenis katak raksasa seperti yang baru-baru ini ditemukan di Enrekang tersebut dapat mencapai bobot 1,5 kg. 


Tentu saja upaya melacak keberadaan jenis-jenis katak dan kodok tersebut tidak mudah. Seperti kegiatan herping kami beberapa waktu yang lalu misalnya, hujan yang mengguyur lokasi semenjak kami tiba tidak hanya harus membuat kami berjuang menahan dinginnya udara tetapi juga harus sanggup menelusuri lantai hutan yang licin, dan dengan berbagai resiko lainnya. 

Karena itulah, sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, kita sebagai warga negara Indonesia harus berbangga dan sudah saatnya menaruh perhatian lebih terhadap kekayaan alam flora dan fauna yang tak ternilai harganya, minimal dengan menjaga lingkungan seperti mengurangi penggunaan sampah plastik, tidak melakukan vandalisme dan aktivitas lainnya yang dapat merusak alam khususnya habitat satwa. 

Indonesia memiliki sekitar 7,3 persen dari total jumlah reptil yang ada di dunia atau sekitar 511 jenis, dan 150 nya adalah endemik. Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara ke empat yang memiliki kekayaan fauna reptil di antara seluruh negara di dunia. 

Keanekaragaman jenis ampfibi Indonesia pun sangat luar biasa, setidaknya ada 270 jenis amfibi yang sudah tercatat dan 100 diantaranya bersifat endemis, yang menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat ke enam dunia di bidang keanekaragaman jenis amfibi.

Sayangnya meski Indonesia memiliki keanekaragaman herpetofauna yang luar biasa, perhatian terhadapnya masih sangat minim. Tidak banyak lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah yang secara intensif melakukan eksplorasi dan identifikasi dan mempublikasinyannya kepada masyarakat umum sehingga banyak kawasan menjadi habitat hewan ini rusak baik karena faktor ketidak tahuan maupun kesengajaan, karena kurangnya pemahaman masyarakat akan sama pentingnya hewan-hewan tersebut bagi ekosistem. 


Horeee, Aku Lulus UTN !

www.mjumani.net - Pagi ini hujan dari subuh masih menyisakan rintik-rintik, ingin rasanya menambah beberapa menit lagi tempat tidur. Tapi, sedari tadi handphone ku berulang kali bergetar, isyarat ada beberapa notifikasi WA yang menunggu untuk dibaca. Aku memang terbiasa menyeting ponsel hanya getar, menjadi orang pelupa adalah salah satu sebabnya. Masih lekat rasanya di ingatan ketika aku dipermalukan yang namanya nada dering. Kala itu aku menonton acara syuting live acara talkshow interaktif. Ruang pengambilan "gambar" itu sangat sempit, rasanya  tak jauh lebih luas dari ruang tengah rumahku. Penanggung jawab acara telah memperingatkan sebelum masuk untuk menonaktifkan nada dering, sebelum acara live di mulai. Aku mengambil gawaiku, lalu menyentuh menu pengaturan nada dering dan menyetingya off. Namun apa hendak dikata, hari itu entah kesialan dari mana yang menghinggapi, sehingga aku ibarat mencoreng arang dimuka sendiri. Ya. Sejak itulah HP ku lebih banyak silent. Bukankah juga ada pepatah mengatakan bahwa "Diam itu emas",?.

PLPG 2017

Aku membuka kunci lalu menggeser-geser "layar", membaca beberapa notifikasi. Umumnya adalah notifikasi grup. Ada beberapa grup yang aku ikuti, mulai dari grup alumni sekolah dan teman semasa kuliah, grup para penulis (walaupun rasanya malu, karena belum ada satu buku pun yang di tulis), bahkan grup-grup yang mungkin bagi sebagian orang tidak terlalu penting, misalnya grup teman satu aliansi game online atau grup sehobi. Di antara grup tersebut salah satunya adalah grup alumni PLPG 2017. Grup yang anggotanya memang tidak banyak, tetapi mereka adalah orang-orang istimewa. Orang-orang cerdas dengan pengetahuan yang luar biasa. Ketika pertama kali bertemu, aku minder luar biasa. Beruntung, tidak hanya memiliki intelektualitas, mereka juga memiliki pribadi yang rendah hati dan bersahabat. 

Meski tidak menampakan, sesungguhnya aku juga merasakan sedikit kegelisahan. Kegelisahan tentang apa yang ramai mereka perbincangkan di grup, "Kelulusan UTN". Aku memahami betul, tidak hanya semata karena perjuangannya untuk melewatinya, tetapi ada banyak hal yang membuat banyak guru rela mengorbankan banyak hal untuk meraihnya. Aku tidak ingin mengesampingkan perjuangan angkatan lain dalam menyelesaikan "misi" ini, tetapi cerita menyayat hati (maaf di lebaykan sedikit) juga pasti ada di angkatan kami. Mulai dari serangan monster tikus, antrian air mandi, hingga kehilangan gadget kesayangan. Memang terdengar seperti sebuah keranjang penderitaan, tetapi seorang teman pernah berkata, tanpa penderitaan semua akan mudah terlupakan. Dia percaya jika sesuatu itu di gapai dengan mudah, maka ia akan hilang dengan mudah pula.  Sesuatu yang di lalui dengan pahit akan melahirkan cerita yang sengit. Entah mengapa aku merasa ada benarnya, hanya saja cerita sengit itu baru akan terasa setelah semua di lalui.

Sejauh yang ku tahu, sejak diberlakukan program sertifikasi pada tahun 2005. Para pendidik seperti mendapat angin segar, mereka mulai memiliki harapan bahwa pekerjaan yang kini disebut-sebut sebagai salah satu profesi yang mulia ini mulai dihargai. Walaupun pada kenyataannya, harapan itu tidak sepenuhnya nyata. Hanya ada sebagian kecil, dan itupun penuh lika-liku. Namun demikian, kita tentu percaya. Bahwa pemerintah, kementrian-kementriannya tidaklah tutup mata. Kita juga hendaknya percaya bahwa, mereka telah memikirkan banyak cara agar semua guru sejahtera. Semoga!.

Sebuah link yang dishare  pak Arief, menjadi fokus perhatian ku. Pa Arief adalah salah satu orang hebat yang aku temui selama di pelatihan. Tidak hanya berwawasan luas, Ia juga tangkas dan peduli. "Ketua kelas" kami itu sangat ringan tangan. Kawan-kawan pun mengenalnya sebagai pribadi yang menghargai waktu, ia selalu datang lebih awal. Sungguh pribadi yang sangat pantas menjadi seorang leader

Pengumuman PLPG

Saat pulang kampung seperti sekarang, aku seperti bermanja pada dunia gadget dan internet. Aku menganggapnya sebuah anugerah, yang hanya bisa ku nikmati beberapa kali dalam setahun. Setidaknya sejak empat tahun terakhir, ketika aku memasuki babak "Jumanji" dalam kehidupanku. Jauh dan terasing, tidak hanya menciptakan jarak tetapi juga menjadi pemisah ruang dan waktu bagi kehidupanku sebelumnya. Namun selalu mengatakan, bahwa aku menikmatinya. 

Dari link yang dibagikan kawan luar biasaku itu, aku menuju sebuah laman web. Laman itu sangat sederhana, latarnya hanya putih, hanya ada dua kolom input, yang pertama untuk memasukan nomor NUPT dan yang kedua untuk memasukan data nomor peserta. Di bagian atas kolom input tersebut terdapat tulisan besar "Hasil UTN Kemendikbud dan Kemenag Tahun 2017 (peserta PLPG tahun 2017 atau tahun 2016 yang mengulang) Informasi Kelulusan Universitas Negeri Malang, Universitas Palangkaraya, dan Universitas Borneo Tarakan Hanya Melalui Website Ini (http://psg15.um.ac.id/pengumuman)."

Aku meraih tas berkas yang berada tak jauh, merogoh selembar kertas kecil bertuliskan "kartu perserta Ujian Tulis Nasional 2017". Jari-jemariku mulai lincah menyentuh angka demi angka, memasukan data yang diperlukan, NUPT dan Nomor Peserta. lalu mengklik "lanjutkan". Aku merasakan waktu terasa melambat, membiarkan mata mengeja huruf demi huruf, menelaah kata demi kata. Pandanganku terhenti pada dua kata di baris delapan, "Hasil Sertifikasi", ku amati lekat-lekat tulisan di sebelah kanannya. Dua kata yang aku yakin telah di tunggu ribuan kawan senasib, bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun lamanya. Kata sakti "LULUS UTN".

Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Allah, karena aku yakin "keberhasilan" ini adalah atas kehendak dan seijin-Nya. Maka aku juga yakin dan percaya, kepada kawan-kawan yang belum berhasil kali ini, Dia telah menyiapkan jalan lain untuk keberhasilan kalian. Jangan pernah menyerah, dan yakinlah seperti yang telah di sampaikan oleh salah satu mentor kita, bahwa hidup ini sesungguhnya terlalu sempit jika hanya di nilai dengan selembar kertas. Hidup adalah perjuangan yang membutuhkan keberanian, keyakinan dan harapan. Berhasil itu adalah kata yang relatif, tergantung dari sudut pandang dan ada banyak ketidaksamaan antar setiap orang. 

Terimakasih kepada mentor  Bu Titin Purnaningsih dan Bapak Yohanes Edi Gunawan yang telah memberikan ilmu dan membuka wawasan, serta  sahabat-sahabat seperjuangan, atas kerjasama dan pengalamannya. Kalian adalah pribadi hebat.